Sabtu, 14 Mei 2011

PEMBUATAN BERLIAN DARI MAYAT..!!!!

Untuk mengubah jasad manusia menjadi berlian, proses pertama yang harus dilakoni adalah pengkremasian. 'Bila dikremasi, tubuh manusia menyisakan 2,5 kg hingga 3 kg abu. Namun, kami hanya mengambil 500 gram abu,' jelas Rinaldo Willy, salah seorang dari dua pendiri Algordanza kepada Agence France-Presse.

Abu tersebut kemudian diproses secara kimiawi sehingga zat

Akhir hidup seseorang biasanya dikubur didalam tanah lalu menjadi santapan pasukan cacing dan binatang tanah lainnya. Ada pula yang habis dilalap api ( kremasi), sedangkan sebagian lainnya dibekukan atau dibuat mumi. Dengan demikian, para keluarganya tidak dapat lagi berdekatan dan melepas kerinduannya secara langsung.

Tetapi saat ini sebagian orang mendapatkan kesempatan untuk terus berdekatan dan bercengkrama dengan keluarga mereka yang telah meninggal.

Sebuah perusahaan Swiss bernama Algordanza telah mampu mengubah jasad manusia menjadi “berlian” melalui suatu proses kimiawi.

Mengubah jenazah menjadi berlian kini merupakan tren tersendiri di dunia barat. Sejak berdiri pada 2004, Algordanza yang berarti 'mengenang' dalam bahasa Romancsh (salah satu dari empat bahasa resmi Swiss), kini mempunyai cabang di 20 negara. Enam cabang di antaranya berada di Benua Eropa.

Proses pembuatan :


Untuk mengubah jasad manusia menjadi berlian, proses pertama yang harus dilakoni adalah pengkremasian. 'Bila dikremasi, tubuh manusia menyisakan 2,5 kg hingga 3 kg abu. Namun, kami hanya mengambil 500 gram abu,' jelas Rinaldo Willy, salah seorang dari dua pendiri Algordanza kepada Agence France-Presse.

Abu tersebut kemudian diproses secara kimiawi sehingga zat potasium dan kalsium terpisah dari karbon. Sekadar catatan, abu jenazah mengandung sekitar 85% zat potasium dan kalsium.

Karbon itu lalu dimasukkan ke dalam bejana bertekanan tinggi dan dipanaskan dengan suhu mencapai 1.700 derajat celsius. Tindakan ini akan mengubah karbon menjadi grafit atau allotop karbon. Berkat tambahan tekanan dan panas, grafit akan berubah menjadi berlian.

Keseluruhan proses memakan waktu enam hingga delapan pekan, waktu yang singkat mengingat pembentukan berlian alami menghabiskan ribuan tahun.

Namun, kendati berlian telah terbentuk, proses belum rampung. Masih diperlukan pemolesan dan pemotongan untuk memenuhi permintaan khusus pelanggan. Sebagian besar menghendaki agar berlian menyerupai hati untuk dipakai sebagai kalung, liontin, dan cincin.

Para karyawan yang mengenakan kacamata pelindung sibuk berlalu lalang. Setiap pengunjung tidak boleh mendekati mereka dan harus senantiasa berada di belakang garis kuning-hitam. Menurut Rinaldo, itu sengaja dilakukan untuk menghormati mereka yang telah tiada.

'Setiap berlian unik. Warnanya bervariasi, mulai dari biru gelap hingga putih. Ini adalah cerminan dari kepribadian,' papar Rinaldo.

Berbicara mengenai harga, Rinaldo mematok nilai nominal antara 4.500 hingga 17.000 franc Swiss (sekitar Rp41,3 juta-Rp156,9 juta), tergantung berat berlian (yang mencakup 0,25 karat hingga 1 karat). Harga itu tidak termasuk pemotongan dan pembentukan berlian.

'Di Eropa, ongkos pemakaman sangat mahal. Disamping ruang untuk makam makin sulit, biaya penguburan di Jerman, misalnya, mencapai 12 ribu euro,' kilah Rinaldo.

Tetapi tidak semua orang sepakat dengan ide tersebut. Yannick Abel-Coindoz, juru kunci pemakaman Murith di Jenewa, menilai proses itu tidak sesuai dengan etika dan agama.

'Lagi pula mengenakan berlian yang terbuat dari jenazah orang yang Anda cintai justru membuat Anda semakin terikat
.

Kamis, 12 Mei 2011

Strategic positioning Indonesia

Strategic positioning Indonesia

Sebuah kisah tentang baterai ABC Alkaline. ABC Alkaline yang telah diekspor ke berbagai negara ini, telah diuji secara teknis memiliki kualitas yang bagus. Terbukti dari diekspornya ke berbagai negara, diantaranya oleh pemegang merek lain. Pemegang merek ini memesan baterai kepada produsen baterai ABC, dan kemudian diberi merek mereka (toll/loan manufacturing) . Jadilah ABC Alkaline ini berbaju merek kompetitor.

Kasus di atas hanyalah salah satu contoh produk kita yang mengalami nasib buruk. Meskipun kualitasnya secara teknis bagus (objective quality), tetapi di lapangan menunjukkan kenyataan yang berbeda. Ternyata tulisan Made in Indonesia merupakan beban tersendiri. Jangankan dalam rangka menembus pasar manca negara, di dalam pasar domestik pun mereka dianaktirikan. Konsumen Indonesia masih menganggap rendah produksi buatan negeri sendiri. Produk-produk buatan dalam negeri memiliki perceived quality yang rendah di mata konsumen Indonesia. Ironis memang. Kenyataan ini sangat berlawanan dengan yang terjadi di Korea Selatan, ketika secara obyektif kualitas produk mereka belum tinggi.

Kualitas yang dipersepsikan oleh konsumen (perceived quality) dalam konteks pemasaran seringkali lebih penting daripada kualitas teknis yang sesungguhnya (objective quality). Karena berdasar persepsi inilah konsumen mengambil keputusan pembelian. Masalahnya tidak semua konsumen adalah ahli dalam bidang mutu untuk suatu produk, apalagi mempunyai waktu lebih untuk mengujinya. Terutama untuk produk-produk konsumsi, konsumen akan menyederhanakan penilaian kualitas suatu produk. Diantaranya adalah harga dan country of origin. Semakin rendah pengetahuan konsumen tentang suatu produk, semakin besar kecenderungan untuk menyederhanakan. Misalnya yang menyangkut hubungan antara harga dan persepsi kualitas. Konsumen yang dangkal pengetahuannya tentang suatu produk akan semakin mudah menggeneralisasi harga tinggi kualitas tinggi dan harga rendah kualitas rendah. Semakin tinggi harga sebuah produk, makin tinggi pula persepsi kualitasnya.

Asal negara juga menjadi salah satu pertimbangan untuk mengasosiasikan dengan kualitas, sebagai bagian penyederhanaan pengambilan keputusan konsumen berkaitan dengan kualitas. Misalnya untuk produk elektronik konsumen Indonesia akan menunjuk produk-produk buatan Jepang sebagai produk yang memiliki kualitas terbaik, produk Korea berada di tempat berikutnya, dan produk Cina diasosiasikan produk murah meriah. Padahal banyak merek-merek Jepang sudah memproduksi di Indonesia, Cina atau lebih tepatnya hibrid, karena acap komponennya berasal dari berbagai negara.

Bagaimana persepsi konsumen Indonesia terhadap produk elektronik Indonesia ? Persepsi kualitas terhadap produk Indonesia secara umum rendah. Tapi apakah yang disebut sebagai produk Indonesia. Karena Sony, LG, JVC, Yamaha dan masih banyak lainnya mempunyai pabrik di Indonesia. Sehingga yang terpenting adalah asosiasi konsumen terhadap asal negara sebuah merek, bukan produknya. Inilah mengapa Polytron yang diasosiasikan dengan merek yang berasal dari negara Eropa, walaupun dibuat di Kudus. Atau Cosmos yang mereknya diasosiasikan dengan Korea (Selatan), dan Sanken yang memakai tekonologi Jepang. Ini merupakan strategi yang tampaknya harus ditempuh oleh produsen elektronik Indonesia, agar diterima konsumen Indonesia. Sebagai pembanding, langkah serupa juga ditempuh Haier – merek Cina yang mengalami nasib serupa karena negerinya diasosiasikan sebagai produk murah meriah – dengan mengatakan sebagai teknologi Jerman.

Asosiasi khalayak global terhadap Indonesia jangan sampai minor, karena akan menjadi beban bagi pemasar dan mengakibatkan berkurangnya competitive advantage produk Indonesia. Sebaliknya jika dikelola dengan baik justru akan menjadi sumber daya saing. Perlu perhatian khusus mengenai nama ‘Indonesia’ sebagai country of origin yang biasanya dihubungkan dengan perceived quality dari suatu produk, maupun Indonesia sebagai sebuah ‘merek’. Dalam persepsi khalayak konsumen global tiap negara diasosiasikan dengan atribut-atribut tertentu yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Misalnya Jerman diasosiasikan dengan produk-produk berkualitas tinggi, tetapi harga produknya mahal. Korea dipersepsikan sebagai negara penghasil produk murah, tetapi kualitasnya tetap terjaga. Sedangkan jika mengharapkan produk yang benar-benar murah, produk dari Cina merupakan pilihan yang layak diprioritaskan. Nah, diantara asosiasi-asosiasi yang melekat pada masing-masing negara, dimanakah kita ingin menempatkan diri dalam benak konsumen ? Atau dalam bahasa yang lebih mudah ingin dikenal sebagai negara penghasil produk yang bagaimanakah kita?

Di sektor pariwisata, Paris merupakan contoh yang baik bagaimana sebuah kota memiliki identitas dan menjadi merek yang kuat dan dapat membantu proses pemasaran. Atribut yang ditonjolkan adalah romantisme dan keindahan. Dalam memasuki persaingan global, identitas merek suatu negara sebagai ujung tombak yang bersentuhan dengan khalayak konsumen, perlu mendapat perhatian khusus. Identitas merek Indonesia inilah yang menjadi wakil negara kita di dalam benak konsumen. Nama negara kita mempunyai sebuah ‘file’ yang tersimpan di dalam otak konsumen, yang terdiri dari konfigurasi kata, citra, ide dan segala asosiasinya di benak konsumen. Ketika bom meledak di Bali, barangkali kata teror menjadi salah satu atribut yang diasosiasikan oleh khalayak global.

Keunikan Indonesia sebagai file yang berisi asosiasi-asosiasi ini mencerminkan bagaimana nama negara kita berada dalam jajaran ‘file-file’ (nama-nama negara lain) tersebut lainnya di benak konsumen. Dalam file tersebut suatu nama negara diasosiasikan dengan sejumlah atribut yang diasosiasikan oleh konsumen. Jika Turki dalam program pariwisatanya menonjolkan atribut craddle of civilization, sudah jelas bahwa keunikan yang ditonjolkan adalah keagungan peradaban masa lalu dan wisatanya berkaitan dengan peninggalan arkelogis hasil pertemuan peradaban Barat dan Timur. Jika Malaysia menyatakan diri sebagai Trully Asia, maka mereka menyatakan bahwa di Malyasia-lah orang menemukan Asia yang sebenarnya, karena selain budaya Melayu, juga terdapat budaya Cina dan India.

Di tahun penuh gejolak ini kita harus membawa dunia usaha Indonesia lebih eksis di pasar global. Keunikan seperti apakah yang kita tonjolkan untuk masing-masing sektor, sehingga benar-benar menjadi identitas yang kuat dan benar-benar berbeda dengan negara lain. Dimanakah kita seharusnya berdiri diantara keunikan-keunikan yang ditawarkan negara-negara lain ?

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih posisi negara kita. Pertama posisi ini memang benar-benar unik yang dapat menjadikan pembeda dari negara lain, sekaligus mencerminkan kekuatan negara kita yang sebenarnya. Kedua posisi yang diambil harus dirasakan penting bagi khalayak sasaran, sesuai dengan kebutuhan mereka dan mencerminkan competitive advantage negara kita. Dan terakhir harus dapat dikomunikasikan secara jelas.

Dalam situasi citra dan reputasi Indonesia yang sedang terpuruk ini, harus dilakukan upaya proaktif. Karena sesungguhnya positioning ditentukan oleh khalayak, dan kita hanya dapat melakukan positioning prompt. Sikap pasif akan menggiring negara kita di-positioning-kan oleh komunitas global, dalam posisi yang tidak menguntungkan. Selama ini awareness terhadap Indonesia sangat rendah. Jangan sampai negara kita tiba-tiba menjadi terkenal, tetapi justru karena diasosiasikan dengan teroris. Perlu dibangun sebuah komunikasi pemasaran Indonesia yang dilandasi oleh strategic positioning yang jelas.

Sosial Business

Sosial Business

Di share dari milis Modul Kewirausahaan dari Rumah Perubahan, semoga bermanfaat…

Social Business

MEMBACA buku kedua Mohammad Yunus, Social Business (2010), mengingatkan saya pada kejadian di sebuah hotel butik di Ubud belum lama ini. Di hotel mewah milik keluarga Puri Ubud ini semua terlihat sempurna.

Dapat saya katakan inilah hotel terindah yang pernah saya singgahi. Tarifnya pun tidak terlalu murah untuk ukuran Bali: di atas USD450 per malam untuk vila satu kamar yang dilengkapi kolam renang. Di belakang vila mengalir air bening Sungai Ayung yang setiap hari diarungi sekitar 600 perahu karet arung jeram.Konturnya berupa jurang di tepi sungai yang menjorok ke bawah, pepohonan dan semak-semak yang tertata membuat kawasan ini kaya oksigen. Bagi tamu-tamu high class, apalagi yang mereka cari kalau bukan privacy? Tetapi kejadian di suatu siang itu cukup membuat semua pegawai hotel bingung. Entah apa yang terjadi,vila yang didiami sepasang tamu paruh baya terlambat dibersihkan.

Padahal sebelumnya hal ini tak pernah terjadi.Bagi tamu itu, untuk sebuah hotel butik pukul 11.00 kamar sudah harus kembali rapi. ”Saya belum pernah menghadapi kenyataan seperti ini,”tamu itu komplain. Dia tidak bisa menerima pelayanan yang menurutnya tidak memuaskan. Semua jawaban yang diberikan pihak hotel tidak membuatnya senang. Mereka adalah tamu penting yang biasa berlibur ke mancanegara. Bahkan untuk menginap di Bali mereka datang dengan jet pribadi. Jadi bisa diduga siapa mereka. Kalau mereka sampai berbicara di media atau menulis di blog,sudah pasti bisa berakibat buruk bagi citra hotel dan masa depan Ubud.Bagi saya sendiri pelayanan di hotel ini sudah lebih dari cukup.

Urusan Sosial

Amarah tamu penting itu akhirnya baru reda setelah ditemui pimpinan tertinggi,seorang muda yang juga dikenal sebagai penduduk di Desa Ubud.Tentu saja bukan karena jabatannya yang tinggi yang membuat tamu menurunkan ”tone”-nya, melainkan karena apa yang mereka bicarakan.

General manager muda itu menuturkan bahwa hotel ini dikelola oleh orang-orang desa yang seharihari bekerja menjaga kelestarian alam di Bali. Bila pagi mereka bekerja, menjemput tamu, mengangkat koper ke kamar, memasak, membersihkan kamar, sore harinya mereka berkesenian,menjaga kesucian air, memelihara tradisi, mengikuti upacara adat,ikut rapat di banjar-banjar,dan seterusnya. Perbincangan itu rupanya cukup menarik perhatian tamu itu yang lalu mengalihkan perhatiannya pada urusan lingkungan.Sikapnya cepat sekali berubah setelah mengetahui bagaimana hubungan antara sosial dan bisnis di hotel ini. ”Kalau di perusahaan Anda mungkin harus untung dulu baru berbagi lewat program-program CSR.

Bagi kami sebaliknya. Kami harus berbagi,melakukan CSR sekalipun belum untung,”ujarnya. Inilah yang membedakan social business dengan business ”as usual.” Dalam bisnis yang seharihari kita temui, orang bekerja keras dengan tujuan mengejar keuntungan. Dalam social business, seperti yang digariskan penerima Nobel Ekonomi Mohammad Yunus, orang berbisnis dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan sosial, mengurangi kemiskinan, memperbaiki mutu lingkungan, dan pendidikan rakyat. Tujuan itu kerap tak ada hubungannya sama sekali dengan bisnis. Bahkan Anda bisa saja mengatakan semua ini adalah urusan negara,bukan urusan Anda. Dalam paradigma business, kalau meraih untung tentu baik untuk berkontribusi sosial.

Di dalam social business bukan berarti harus untung dulu baru kemudian berbagi. Konsep maximization wealth yang Anda pelajari di fakultas ekonomi menjadi tidak penting bagi pemilik usaha sosial, namun penting untuk dibagikan kepada masyarakat. Mohammad Yunus sendiri bukanlah pengusaha biasa. Dia memang dikenal sebagai entrepreneur yang sukses dengan microfinance dan usaha telekomunikasi dengan pasar yang sangat luas (Grameen Phone) di Bangladesh.He is really a businessman. Tetapi kita semua tahu, tujuannya bukanlah mengejar personal wealth, melainkan public wealth. Di Ubud, ratusan vila mewah berkembang pesat, dibangun banyak orang dalam lima tahun belakangan.

Sebagian besar dibangun orang-orang kebangsaan asing atau orang-orang dari luar Bali. Tentu saja tidak semua pemilik hotel itu paham tentang nilai-nilai dan budaya Bali. Tetapi saya tahu persis,generasi pertama usahawan asing atau pendatang dari Jakarta yang masuk ke Bali sempat frustrasi saat mengatur jadwal kerja karyawan lokal yang jauh lebih mengutamakan kegiatan gotong-royong dan sosial di balai-balai adat dan banjar-banjar daripada masuk kerja kantor mengikuti jadwal resmi. Mereka lebih rela diberhentikan oleh kantor daripada dikucilkan adat. Waktu berjalan, lama-lama kedua belah pihak (pengusaha dan karyawan) menemukan titik temu. Hotel bisa bekerja dengan pelayanan prima,karyawan bisa tetap berkesenian dan berkegiatan sosial. Intinya sebenarnya cuma time management saja.

Di desa seperti Ubud,model social business jelas sebuah bentuk yangtidakdapatdiabaikandanmenjadi model yang penting bagi kita untuk mencari model seperti apa yang cocok untuk dikembangkan di Indonesia. Semakin tinggi segmen yang hendak dibidik, semakin penting perilaku sosial seorang usahawan. Maka mengapa tidak membuat social business saja dari awal.

Konsumen dan Warga Negara

Sebuah model baru dalam berusaha? Tentu saja saya tak bermaksud mengatakan model berusaha yang kita kenal telah berada di ruang yang salah dalam bentuk yang sudah tak sesuai lagi dengan kebutuhan. Namun perhatikanlah, siapa yang paling mampu memberikan kesejahteraan, negara atau dunia usaha? Perhatikan pula mana yang lebih berkuasa: konsumen atau warga negara? Sebagai warga negara kita hanya vote paling sering dua atau tiga tahun sekali. Tetapi sebagai konsumen, kita vote berkali-kali sehari dalam proses pembelian.

Kita vote untuk bank, airlines, minuman kesehatan,kecap,sabun, air mineral, teh kopi, telekomunikasi beberapa kali dalam sehari. Itu sebabnya, sebagai konsumen, kita menjadi lebih powerfulketimbang sebagai warga negara. Lihatlah betapa frustrasinya kita menyaksikan arah pemberantasan korupsi yang tak kunjung tuntas belakangan ini.Sebagai warga negara kita frustrasi, namun sebagai konsumen kita bisa jadi tetap bahagia. Di sisi lain, kita juga melihat begitu cepat sekali perusahaan membagikan asuransi dan biaya pendidikan kepada karyawankaryawannya ketimbang kecepatan negara. Bahkan dalam upayaupaya untuk membantu para pengungsi yang terlanda bencana alam terlihat jelas perusahaanperusahaan bergerak lebih lincah dalam membangun fasilitas-fasilitas fisik ketimbang negara.

Saya sering bertanya dalam hati, mana yang lebih efektif bagi saya untuk membangun negeri ini: menjadi pejabat negara dan duduk dalam struktur birokrasi atau mendirikan sebuah social business seperti yang dicontohkan hotelhotel di Ubud atau usaha yang dirintis Mohammad Yunus. Anda mungkin akan mengatakan, kalau menjadi pejabat langkahnya bisa besar karena negara mengurus uang yang besar; sedangkan perusahaan uangnya terbatas. Saya pun sepakat. Di Rumah Perubahan kami juga hanya mengurus soal-soal kecil seperti Rumah Baca, PAUD,Taman Kanak-kanak, dan mengurus sampah.Dampaknya ya kecil-kecil saja.Kalaupun sudah ribuan orang yang belajar kewirausahaan dan mulai menjadi entrepreneur,sudah pasti mereka mulanya dari usaha kecil dan menengah.

Pasti setahun dua tahun ini mulainya masih kecilkecilan. Tetapi ada satu hal yang saya pelajari, kegiatan yang skopnya terbatas ini ternyata mampu menginspirasi murid-murid kami. Sejumlah orang lalu mulai bertanyatanya bagaimana cara menggandakan gagasan ini. Ketika orang banyak merasa juga bisa melakukan hal ini, maka dia pun bisa bergulir menjadi besar, menjadi sebuah gerakan perubahan. Kalau itu bisa kita lakukan bersama, maka hidup kita akan menjadi lebih terang benderang. Saya kira social business akan menjadi model usaha yang menarik bagi Anda,Pembaca.(*)

MEMBANGUN PERSONAL BRANDING

MEMBANGUN PERSONAL BRANDING

Anda menginginkan produk/nama perusahaan Anda atau bahkan Anda sendiri sebagai tenaga kerja ingin memenangi persaingan dan selalu diberada dalam top of mind konsumen Anda? Bila jawaban Anda adalah “Ya”, maka sudah saatnya bagi Anda untuk memiliki dan membangun “personal branding”, yaitu menemukan ataupun membangun ciri khas/karakteristik unik sebagai keunggulan diri yang dapat Anda jadikan alat yang ampuh dalam meraih kesuksesan.

Pernahkan terlintas dalam pikiran Anda, kenapa Coca-Cola, mampu bertahan selama 100 tahun lebih, atau teh botol Sosro berhasil menempati posisinya saat ini sebagai “market leader” minuman teh dalam botol, atau Harley Davidson yang mampu bertahan sekian puluh tahun di pasar industri sepeda motor, atau Bill Gates dengan Microsoft-nya, atau Abdullah Gymnastiar dengan MQ Corporation-nya. Padahal kita semua mengetahui mereka masing-masing memiliki pesaing yang tidak sedikit dan tidak lemah.

Strategi pemasaran adalah jawabannya. Penyusunan strategi pemasaran yang tepat akan mampu membangkitkan daya tarik yang lebih besar pada produk sejenis. Daya tarik inilah yang membuat konsumen mau membeli produk tersebut, sekalipun harga lebih mahal, walaupun atribut produk (rasa, bentuk atau model, warna dan sebagainya) tidak berbeda dengan produk sejenis.

Dalam banyak hal, keberhasilan pemasaran sangat ditentukan oleh seberapa menariknya merek dagang produk tersebut. Merek dagang atau branding memegang peranan penting bagi perusahaan maupun bagai seseorang untuk meraih kesuksesan, karena perusahaan maupun seseorang yang memiliki personal branding yang kuat akan mampu memperlihatkan keistimewaan dan keunggulannya dalam bidang tertentu. Singkat kata, personal branding merupakan cerminan dari kemampuan, keunggulan dan reputasi yang dimiliki oleh seseorang maupun perusahaan.

Berikut ini adalah strategi sederhana yang dapat diterapkan oleh siapa saja ataupun perusahaan apa saja untuk mulai membangun personal branding:

1. Make history

Membangun personal branding dapat dimulai dengan menyusun database yang berisi catatan prestasi dan pencapaian membanggakan yang telah dicapai sebelumnya. Selain itu jangan pernah lupa untuk terus mengambil tantangan dan peluang baru. Semua catatan pencapaian ini kelak akan menjadi basis bagi perjalanan kesuksesan Anda ataupun perusahaan Anda.

Setelah dapat merumuskan apa “warna” Anda ataupun perusahaan Anda, sebelum mencari atau mengerjakan hal-hal baru, maka sebaiknya Anda membuat perencanaan yang terfokus pada “brand” atau “warna” yang telah menjadi pilihan. Selanjutnya kembangkan strategi untuk menambah pengalaman atau membuat inovasi baru.

2. Never ending study

Berbagai jenis pekerjaan atau produk memerlukan standar minimum. Oleh karena itu Anda atau perusahaan Anda sebaiknya memiliki dan/atau mengikuti standar minimum tersebut. Untuk itu Anda mungkin harus mengalokasikan dana yang cukup besar untuk belajar ataupun melakukan pengembangan produk perusahaan Anda. Belajar….belajar….dan terus belajar.

3. Promote yourself

Memiliki personal branding yang jitu saja ternyata belum cukup. Anda harus membuat pihak lain mengetahui bahwa Anda atau perusahaan Anda-lah pemiliknya. Singkirkan keengganan atau malu untuk memperlihatkan kemampuan diri atau perusahaan Anda, tentu dengan cara-cara yang positif dan elegan. Pelajari cara berpromosi yang sopan dan tidak terkesan membual apalagi arogan.

Salah satu media yang sederhana tetapi cukup membantu adalah dengan menyusun resume yang berisi catatan prestasi atau pencapaian Anda maupun perusahaan Anda, jangan lupa untuk mencantumkan kompetensi Anda atau spesialisasi perusahaan/produk Anda. Buatlah portofolio dalam versi hard-copy (cetak) dan soft-copy (on-line). Jika Anda atau perusahaan Anda belum memiliki personal/official website, inilah saat yang tepat untuk membuatnya, agar seluruh dunia dapat membaca tentang Anda atau perusahaan Anda. Dalam portofolio sedapat mungkin cantumkan prestasi, resume, penghargaan dan juga hasil karya yang telah dicapai

4. Be expertised

Tidak ada cara yang lebih ampuh dalam mempromosikan personal branding, selain dengan cara menunjukkan kepada dunia bahwa Anda perusahaan Anda memiliki kompetensi dalam bidang tertentu. Cara yang bisa ditempuh bisa bermacam-macam, diantaranya adalah dengan menulis artikel yang terkait dengan bidang kompetensi Anda, untuk perusahaan Anda juga dapat ditempuh cara sejenis yakni dengan membuat program promosi yang menunjukkan bahwa perusahaan Anda memang expert dibidang tersebut. Sangat dimungkinkan untuk menggandeng media tertentu guna melakukan publikasi. Atau dapat juga dengan membuat website sendiri untuk melakukan publikasi tersebut.

Jika sudah cukup dikenal orang, mulailah untuk mencari kesempatan tampil sebagai pembicara pada kesempatan konferensi atau seminar ataupun bentuk-bentuk pertemuan yang terkait dengan kompetensi Anda. Juga untuk perusahaan Anda mulailah dengan membuat program promosi off-air untuk lebih mendekatkan diri kepada konsumen.

5. Network development

Menjalin hubungan dengan klien, konsumen atau teman sejawat merupakan jaringan hubungan yang dapat mendorong pencapaian keberhasilan Anda atau perusahaan Anda menjadi lebih cepat. Manfaatkan waktu luang pada saat minum kopi, makan siang, bahkan makan malam sekalipun untuk menceritakan keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapai, tentu secara proporsional. Jangan dilupakan pula untuk menjalin hubungan baru dengan siapapun dan dalam kesempatan apapun. Simpan semua bisnis card, kartu nama yang diterima pada berbagai pertemuan dan juga simpan alamat e-mail. Luangkan sedikit waktu untuk menulis e-mail, SMS, mengirimkan kartu ucapan kepada kolega, konsumen, bahkan teman-teman baru.

STRATEGI MARKETING DENGAN SETTING LAY-OUT

STRATEGI MARKETING DENGAN SETTING LAY-OUT

Berbicara masalah setting dan lay out, tidak terlepas dari membicarakan sebuah konsep pengemasan suatu produk. Selama berabad-abad, kemasan merupakan suatu konsep fungsional sebatas untuk melindungi barang atau mempermudah barang untuk dibawa dan masih terkesan seadanya. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju dan semakin kompleks, barulah terjadi penambahan nilai-nilai fungsional, terutama pada abad sekarang dimana persaingan didalam dunia usaha semakin tajam dan kalangan produsen saling berlomba merebut perhatian calon konsumen. Dengan demikian konsep fungsional pengemasan telah menjadi bagian penting yang harus mencakup seluruh proses pemasaran dari konsepsi produk sampai ke pemakai terakhir.

Kekuatan merek sangat penting dalam pemasaran, apalagi kebanyakan orang membeli berulang-ulang bahkan menjadi teratur membeli terutama consumer goods. Di pasar, orang dihadapkan pada banyak pilihan. Tentu saja hanya merek yang menonjol atau dikenal yang dilirik. Kecenderungan ini membuat pasar consumer goods bersifat oligopolis, artinya didominasi beberapa merek tertentu saja alias didominasi merek-merek besar.

Jika kemasan akan digunakan semaksimal mungkin dalam pemasaran, fungsi kemasan harus menampilkan sejumlah faktor penting sebagai berikut :

  • FAKTOR PENGAMANAN. Melindungi produk terhadap berbagai kemungkinan yang dapat menjadi penyebab timbulnya kerusakan barang. Misal : cuaca, sinar, jatuh, tumpukan, kuman.
  • FAKTOR EKONOMI. Perhitungan biaya produksi yang efektif termasuk pemilihan bahan, sehingga biaya tidak melebihi proporsi manfaat.
  • FAKTOR PENDISTRIBUSIAN. Mudah didistribusi dari pabrik ke distributor atau pengecer sampai ke tangan konsumen. Di tingkat distributor atau pengecer, kemudahan penyimpanan dan pemajangan perlu dipertimbangkan.
  • FAKTOR KOMUNIKASI. Sebagai media komunikasi yang menerangkan atau mencerminkan produk, citra merek, dan juga sebagai bagian dari promosi, dengan pertimbangan mudah dilihat, dipahami, dan diingat.
  • FAKTOR ERGONOMI. Berbagai pertimbangan agar kemasan mudah dibawa, dipegang, dibuka, dan mudah disimpan.
  • FAKTOR ESTETIKA. Keindahan merupakan daya tarik visual yang mencakup pertimbangan penggunaan warna, bentuk, merek/ logo, ilustrasi, huruf dan tata letak untuk mencapai mutu daya tarik visual secara optimal.
  • FAKTOR IDENTITAS. Secara keseluruhan, kemasan harus berbeda dengan kemasan yang lain, yakni memiliki identitas produk agar mudah dikenali, dan membedakannya dengan produk-produk lain.

RISET PRA-DESAIN

Konsep kreatif suatu kemasan merupakan refleksi dari semua aspek pemasaran. Dan dalam merumuskan konsep kreatif ada dua pertanyaan paling mendasar yang harus dijawab. Pertanyaan pertama adalah, ‘Who am I ?’ Pertanyaan ini berhubungan dengan kegiatan internal perusahaan, karakteristik produk, proses pengemasan, dan lain sebagainya. Ertanyaan kedua ‘ Who are they ?’ pertanyaan ini bersifat eksternal, yaitu yang menyangkut kegiatan para pesaing, para distributor, dan para konsumen yang merupakan sasaran akhir penjualan.

Untuk menjawab dua pertanyaan tersebut, maka diperlukan riset/ analisis mengenai beberapa aspek, antara lain :

  • RISET INTERNAL. Penelitian yang dilakukan dalam perusahaan untuk mengevaluasi tata hubungan antara produk, kemasan, dan promosi, untuk menentukan strategi perusahaan mencakup citra perusahaan dan citra merek atau positioning produk.
  • RISET EKONOMI. Efektifitas biaya produksi kemasan, misalnya pemilihan bahan baku agar biaya tidak melebihi proporsi manfaat kemasan itu hal ini dimaksudkan agar tidak mempengaruhi pada harga jual produk. Namun bukan berarti biaya produksi kemasan harus ditekan semurah mungj=kin sehingga kemasan berkesan murahan, melainkan biaya yang dikeluarkan hendaknya sesuai dengan manfaat yang akan diperoleh.
  • RISET TEKNIS. Penelitian proses produksi kemasan, apakah desain dapat diproduksi atau sesuai dengan mesin yang tersedia, dan apakah kemasan dapat melindungi produk secara memadai.
  • RISET PESAING. Mempelajari kegiatan para pesaing dan sifat kemasannya, baik keunggulan atau kekurangan mereka. Kemasan harus berbeda dan lebih baik daripada kemasan pesaing.
  • RISET PASAR. Mencari gambaran keadaan pasar yang sebenarnya untuk menjamin kemasan yang ditujukan pada pasar tepat, misalnya sasaran kelompok umur, jenis kelamin, pendidikan, kelas ekonomi, geografis, dll.
  • RISET KONSUMEN. Mempelajari prinsip psikologis dan fisiologis kemasan agar berdaya tarik pada rata-rata konsumen.
  • RISET TREND. Penelitian mengenai kecenderungan mode yang berlaku dan preferensi konsumen pada desain.
  • RISET DISTRIBUTOR/ PENGECER. Mengetahui kebutuhan mereka terhada sistem pengemasan, agar produk mudah ditangani dan dijual.

STRATEGI KREATIF

Startegi kreatif merupakan konsep dan penerapan desain kemasan berdasarkan data-data yang telah diperoleh dari hasil riset seluruh aspek pemasaran untuk memaksimalakan daya tarik visual. Setelah strategi kreatif diterapkan proses pengerjaam bisa dimulai, mencakup penerapan unsur-unsur visual yang akan diterapkan ke dalam halaman kemasan.

Beberapa hal yang dapat dilakukan mengenai strategi kreatif ini adalah dengan memodifikasi sisi-sisi tertentu dari suatu produk antara lain :

  • WARNA. konsumen melihat warna jauh lebih cepat daripada melihat bentuk atau rupa. Dan warnalah yang pertama kali terlihat bila produk berada di tempat penjualan. Warna dengan daya pantul tinggi akan lebih terlihat dari jarak jauh dan direkomendasikan sebagian besar kemasan, karena memilik daya tarik dan dampak yang lebih besar. Tapi selain unsur keterlihatan harus dipertimbangkan pula faktor kekontrasan terhadap warna-warna pendukung lainnya.
  • BENTUK. Bentuk majalah merupakan pendukung utama yang membantu terciptanya seluruh daya tarik visual. Namun tidak ada prinnsip baku yang menentukan bentuk fisik dari sebuah majalah karena ini biasanya ditentukan oleh sifat produk majalah, pertimbanagan mekanis, kondisi marketing, pertimbangan pemajangan, dan oleh cara penggunaan kemasan tersebut.
  • MEREK/ LOGO. Idnetitas suatu produk/ majalah sangat diperlukan sekali. Hal ini untuk membedakan majalah yang kita buat dengan majalah yang lain. Tujuan lain dengan adanya merek/ logo adalah mengenalkan produk kita kepada masyarakat ddalam bentuk nonproduk. Misalnya dalam pamphlet, spanduk dan alat komunikasi yang lain. Dengan adanya symbol-simbol dalam merek/ logo, maka masyarakat akan cepat mengenali produk kita. Membuat sebuah logo hendaknya yang simple, yang menggambarkan cirri khas, mudah untuk dijelaskan, menggugah, mengandung keaslian dan tidak mirip dengan logo-logo produk lain.
  • ILUSTRASI. Ilustrasi merupakan salah satu unsure penting yang sering digunakan dalam komunikasi sebuah kemasan karena sering dianggap sebagai bahasa universal yang dapat menembus rintangan yang ditimbulkan oleh perbedaan bahasa kata-kata. Ilustrasi, dalam hal ini termasuk fotografi, dapat mengungkapkan suatu yang lebih cepat dan lebih efektif daripada teks. Pembubuhan ilustrasi dalam suatu produk media harus didasarkan pada fungsinya yang khas. Suatu kemasan dipandang akan lebih berdaya tarik bila dibubuhi ilustrasi, kecuali untuk kondisi tertentu mungkin tidak diperlukan ilustrasi.
  • TIPOGRAFI TEKS. Pada produk media merupakan pesan kata-kata, digunakan untuk menjelaskan produk yang ditawarkan dsan sekaligus mengarahkan sedemikian rupa agar konsumen bersikap dan bertindak sesuai dengan harapan produsen. Type huruf harus disesuaikan dengan tema dan tujuan dari produk itu sendiri. Maka disinilah diperlukan kejelian dalam memilih huruf/ font yang sesuai atau menjiwai dari produk tersebut.
  • TATA LETAK. Menata letak berarti meramu seluruh aspek grafis, meliputi warna, bentuk, merek, ilustrasi, tipografi menjadi suatu kemasan baru yang disusun dan ditempatkan pada halaman kemasan secra utuh dan terpadu. Enam butir pertimbangan bagi pengembangan tata letak adalah: keseimbangan (balance), titik pandang (focus), lawanan (contrast), perbandingan (proportion), alunan pirza (pirza-motion), kesatuan (unity).

PERUBAHAN DESAIN MEDIA

Adanya perubahan waktu atau masa menuntut produk untuk bisa berjalan atau bersaing di pasar yang tidak terbatas oleh waktu. Dan ketahanan suatu produk ditentukan oleh up-to date atau tidaknya suatu produk. Atau dengan kata lain, suatu produk yang mempunyai ciri khas/ bentuk yang universal akan lebih langgeng daripada produk yang mempunyai ciri khas hanya pada satu masa tertentu saja.

Suatu desain boleh jadi menjadi trade mark pada masa tertentu namun kita juga harus mempertimbangkan seberapa lama produk tersebut akan bertahan pada posisinya. Oleh karena itu perlu dipikirkan untuk memperbaharui konsep desain yang telah ada. Inovasi pada kemasan produk memang perlu dilakukan asalkan kemasan baru tersebut tetap mempertahankan beberapa unsur lama.

Hal yang perlu diperhatikan ketika ingin mengubah suatu desain adalah respon dari konsumen. Jangan sampai suatu perubahan dilakukan secara drastis dengan mengubah semua sisi. Hal ini akan berdampak buruk dengan hilangnya citra produk yang kita pasarkan. Ada baiknya kita mengubah sedikit demi sedikit sambil mengenalkan perubahan baru tersebut kepada konsumen. Karena tanpa komunikasi maka kemungkinan kecil perubahan baru tersebut dapat diterima dengan cepat.

MENDESAIN BULLETIN/ MAJALAH

Untuk mendesain suatu bulletin/ majalah maka harus dipersiapkan beberapa hal seperti yang terangkum diatas. Hal ini penting agar bulletin/ majalah yang kita buat tidak semata-mata hanya keluar dari pabriknya tapi mempunyai nilai tambah yaitu terekam dalam memori pembaca.

Unsur yang perlu dipikirkan untuk membuat sebuah bulletin/ majalah antara lain : cover, halaman isi, materi isi, iklan( kalau ada), judul penetapan cirri khas, dan pencetakan.

TAHAPAN SETTING/ LAY OUT MAJALAH

  1. PENENTUAN CIRI KHAS MAJALAH (SETTING PERDANA). adalah proses membuat identitas dengan cara meletakkan material-material yang akan digunakan terus menerus dan tetap dalam jangka waktu tertentu. Misalnya nama rubric, penomoran halaman, dll.
  2. MEMPREDIKSIKAN JUMLAH HALAMAN DENGAN MATERI YANG ADA. disini yang perlu diperhatikan adalah proporsi materi dengan tata letak dan jumlah halaman. Jangan sampai suatu materi yang panjang diletakkan monoton tanpa adanya selingan sedikitpun. Ini akan mengakibatkan pembaca cepat bosan.
  3. MELETAKKAN MATERI YANG ADA PADA JATAH HALAMAN YANG TELAH DITENTUKAN. Memikirkan kelebihan dan kekurangan materi bila ada kdangkala materi yang disetorkan ke setter telah mencukupi jatah yang ditentukan. Hal yang cukup sering terjadi adalah adanya lubang-lubang kekosongan pada halaman atau kadang materi yang diberikan melebihi jatah yang disediakan. Untuk itu diperlukan kecerdasan setter untuk menyikapi lubang—lubang tersebut sehingga najalah terlihat berisi.
  4. MENGURUTKAN HALAMAN SESUAI DENGAN STANDAR PERCETAKAN. Permasalahan cetak mencetak maemang harus dipikirkan ketika kita sedang men-setting dan lay out. Boleh jadi kita membuat settingan yang bagus, namun ketika ingin diprint, ternyata menjadi berantakan. Oleh karena itu pikirkanlah, dengan apa kita nanti akan mencetak majalah yang kita buat.
  5. MENCETAK. Urusan menggandakan majalah memang diserahkan pada percetakan, tapi sempatkanlah untuk melihat urusan yang satu ini agar kita tahu dimana letak kesalahan/ kekurangan kita dalam mensetting dan lay out. Dan nilai lebihnya kita bisa mendapatkan pengalaman dari percetakan beserta solusi dari masalah yang dihadapi (troubleshooting) . Sehingga kita bisa mengantisipasi sedini mungkin.

Kekuatan Strategi Artikel Marketing

Kekuatan Strategi Artikel Marketing

Tahukah Anda bahwa jutaan orang setiap harinya duduk manis sambil menjalankan PC mereka dan membaca berbagai hal di internet dari artikel-artikel yang ada. Banyak artikel yang membahas berbagai hal, mulai dari produk, layanan, kesempatan dan info. Dan hal ini merupakah suatu kebutuhan yang paling banyak dicari orang di internet, yakni membaca artikel. Nah, hal ini merupakan indikasi positif bagi Anda para pebisnis yang memiliki berbagai produk yang ingin dipasarkan di internet. Kegiatan membaca artikel dari banyak netter ini bisa Anda manfaatkan untuk mempromosikan produk Anda. Bagaimanakah caranya? yakni dengan menggunakan sistem artikel marketing.

Di bawah ini kami terangkan beberapa tips, trik dan rahasia dalam membantu Anda untuk merancang dan menerapkan strategi pemasaran yang efisien melalui artikel.

1. Strategi Pemasaran
Banyak orang surfing di internet memanfaatkan kata kunci yang sering dipakai untuk hal-hal tertentu. Di mesin pencari Google hal ini paling sering dilakukan.
Anda bisa memperkirakan kata kunci apa yang paling banyak dicari orang di internet yang berkenaan dengan produk yang Anda jual. Setelah Anda mendapatkannya, langkah selanjutnya adalah mulai menulis artikel yang berhubungan dengan produk Anda tersebut. Jangan lupa memasukkan kata kunci yang berkenaan dengan produk Anda karena hal ini penting untuk memancing orang agar bersedia singgah dan membaca artikel Anda. Ini merupakan strategi pemasaran yang pertama yang bisa Anda lakukan, yakni dengan mencari kata kunci dan menerapkannya pada artikel yang akan Anda buat.

Memang, sebuah kata kunci memiliki banyak saingan di internet. Jutaan situs juga melakukan hal yang sama seperti yang Anda akan lakukan. Namun, sebuah awal yang baik adalah membidik kata kunci yang memiliki kurang dari 100.000 halaman pesaing dalam frase pencarian. Ini adalah strategi pemasaran artikel yang baik yang diajarkan oleh profesi SEO kebanyakan. Dan pendekatan yang lebih baik adalah dengan menentukan jumlah yang tepat dari halaman artikel yang telah diindeks untuk kata kunci Anda dan membuat pilihan yang didasarkan sepenuhnya pada hasil tersebut. Perlu Anda ketahui bahwa Google hanya akan menampilkan maksimal 1.000 hasil pencarian dalam suatu pencarian sehingga lebih kecil jumlah halaman yang sebenarnya diindeks tentunya ini semakin baik.

2. Tujuan Pemasaran.
Dalam menyiapkan artikel untuk mendukung produk yang akan Anda jual, cobalah terlebih dahulu menentukan, kira-kira siapa target pemasaran Anda. Tentukan dengan tepat umur dan jenis kelamin yang akan membaca artikel Anda tersebut. Setelah Anda tentukan, buatlah artikel tersebut dengan tetap fokus pada kebutuhan si pembaca nantinya. Jangan merembet ke masalah-masalah lain. Cobalah tetap fokus dalam isi atau konten dari artikel tersebut. Bila ingin membahas hal lain, cukup beberapa kata saja dan kembali ke masalah semula. Hal ini akan membuat artikel Anda tetap enak dibaca dan tidak membuat artikel tersebut monoton.

Anda juga harus memposting kata kunci yang telah dioptimalkan pada artikel tersebut. Jawaban dari setiap permasalah dalam sebuah artikel benar-benar bergantung pada sasaran utama Anda. Apakah tujuan Anda dalam menulis isi dari artikel yang akan Anda posting. Apakah untuk menghasilkan lebih banyak lalu lintas ke situs web Anda sendiri atau blog? Dari isi posting artikel di situs internet Anda, disana akan terlihat apakah orang tertarik untuk membaca artikel Anda atau tidak. Sebuah artikel biasanya akan mendapat peringkat yang lebih tinggi, lebih cepat terdata di situs pencarian karena dipengaruhi oleh banyaknya orang yang membaca artikel tersebut.

3. Membuat Link
Setelah Anda membuat dan memposting artikel untuk konten di website Anda, kini saatnya Anda mendorong artikel tersebut agar berhubungan dengan situs lain untuk membuat link ke artikel Anda. Ini dinamakan back link. Mendapatkan backlink ke artikel Anda dari situs lain sangat penting untuk menjaga peringkat situs Anda tersebut sehingga sangat mudah untuk ditemukan banyak orang dan orang pun tentunya banyak membaca artikel tersebut. Selamat menulis artikel.