Saya punya cerita yang udah saya ubah kedalam bahasa indonesia.
semoga membantu untuk mengisi waktu senggang para penggemar lainnya.Bacalah, cerita ini tidak tergantung apakah kamu sudah menikah
atau belum.
Malam itu aku pulang kerumah dan
istriku sudah menyiapkan makan malam, aku memegang tangannya dan
mengatakannya, bahwa aku harus memberitahu dia sesuatu. Dia duduk dan
terdiam. Aku melihat ketakutan didalam matanya.
Sekali
itu, tidak pernah aku membatu, aku bahkan tidak bisa membuka mulutku.
Tetapi aku harus mengatakannya, apa yang kupikirkan adalah, aku mau
minta cerai. Dia tidak marah dan tidak berteriak melainkan dia bertanya
kepadaku dengan ramah, apa alasannya?
Aku mengelak
pertanyaan itu untuk menjawab, itu membuat dia marah. Dia melempar
sendok dan garpu disekeliling meja makan lalu meneriakiku, bahwa aku
bukan seorang laki laki. Pada malam itu, kami tidak berbicara lagi.Dia
menangis semalaman. Aku tahu, bahwa dia ingin tahu, mengapa ini bisa
terjadi. Aku tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan karena aku
jatuh cinta kepada Jane. Aku tidak mencintai istriku lagi.
Dengan
hati yang gundah dan rasa bersalah, aku membuat surat keterangan
bercerai, bahwa rumah dan mobil ini akan menjadi miliknya setelah kami
bercerai. Dia menatap kertas kontrak itu dan menghancurkan kertas kertas
itu. Wanita yang sudah kucintai selama 10 tahun tiba tiba menjadi
sangat asing didepan mataku. Aku merasa bersalah karena sudah menyia
nyiakan waktu dan tenaganya selama kami bersama, tetapi aku sudah tidak
bisa balik lagi karena aku sudah terlalu mencintai Jane.Akhirnya dia
menangis dengan sekuat kuatnya didepanku, itulah reaksi yang aku nanti
nantikan. Perasaan itu seolah olah membantu dia untuk meringankan
kesedihan ini. Sudah lama aku memikirkan untuk bercerai, tetapi sekarang
aku sudah sangat yakin dengan keputusan yang benar.
Di
hari berikutnya, aku pulang sangat malam kerumah, saya melihat dia
menulis diatas meja. Aku sangat lelah dan langsung berjalan memasuki
kamar tidur dan tidur. Tiba tiba aku terbangun, aku masi melihat dia
tetap menulis. Saya berpaling dan melanjutkan tidur lagi.
Keesokan
harinya, dia mengatakan setuju untuk bercerai denganku, dia tidak
mengajukan harta apa apa dariku, cuman memohon untuk memperlambat
sebulan untuk mengurus proses perceraian kami. Dia mau kami menjalani
kehidupan rumah tangga seperti biasanya selama sebulan ini, seolah olah
tidak ada apa apa yang terjadi. Alasannya ádalah anak laki laki kami
akan mengalami UAN oleh karena itu dia tidak mau menganggu anak kami
gara2 hubungan kami.
Itu bisa aku terima, tetapi dia mau
aku selalu ingat, bahwa pada waktu kami menikah, aku menggendong dia
sampai kepintu utama. Dia mau, kalau aku setiap pagi hari melakukan hal
yang sama yaitu menggendong dia dari kamar tidur sampai ke pintu utama,
selama sebulan. Aku pikir, ini hal yang gila, tetapi memikirkan
ketenangan dalam keluarga kami, aku menyetujuinya.
Setelah itu aku
menceritakan hal hal tersebut kepada Jane. Die hanya tertawa dan
mengatakan bahwa istriku sudah gila.´´ Terserah apapun Triknya, dia
harus menyetujui dan menerima perceraian ini´´, katanya sinis.
Setelah
aku mengajukan cerai kepada istriku, kami tidak melakukan hubungan
badan lagi. Itu sudah tidak heran lagi, ketika hari pertama aku
menggendongnya, kami mempunyai perasaan yang aneh. Anak laki laki kami
berdiri dibelakang kami dengan gembira dan mengatakan ´´Papa membawa
Mama di dalam pelukan´´. Dari Kamar tidur melewati kamar tamu sampai
kepintu depan, aku berjalan sekitar lebih dari 10 meter . Dia menutup
matanya dengan lambat dan membisikkan, ´´aku mohon jangan katakan kepada
anak kita bahwa kita mau cerai´´. Saya mengangguk tanda setuju dan
merasa terharu. Aku mendudukan dia di bangku luar. Kemudian dia berjalan
sendirian menaiki bus ketempat kerjanya, sedangkan aku membawa mobilku
ke kantor.
Di hari kedua kami merasa lebih santai. Dia
menyandarkan kepalanya kepundakku. Aku bisa mencium harum bajunya itu.
Aku tau, wanita ini sudah menjadi tua, tidak seperti wanita yg kunikahi
pada hari pernikahan kami. Aku melihat keriput keriput halus dimukanya
dan rambut rambut putih dikepalanya. Aku berpikir sendiri, apa yang
telah kulakukan, sampai aku begitu tega untuk menyakitinya.
Ketika
aku menggendongnya di hari ke empat, aku merasakan rasa saling
kepercayaan timbul lagi di dalam hatiku. Wanita inilah yang menemani dan
menjalani hidup bersamaku dalam suka maupun duka selama 10 tahun.
Berminggu minggu pun berlalu, aku merasa sangat ringan untuk
menggendongnya. Mungkin aku sedang training untuk kekuatanku.
Di
suatu pagi aku melihat dia sedang bingung untuk memilih baju. Dia
mencoba beberapa pakaian tetapi dia tidak bisa memutuskan, karena baju
baju itu semuanya kebesaran. Waktu itu aku menyadari kalau dia menjadi
sangat kurus, itulah alasannya mengapa aku merasakan sangat ringan pada
waktu menggendong dia. Saat itu juga aku berpikir, dia sangat tersiksa
dan sangat menderita.
Di saat ini anak laki laki kami
mengatakan kepadaku,´´ Papa sudah waktunya, kamu harus menggendong mama
keluar dari kamar tidur´´. Dia mengatakan ini adalah waktu yang paling
bahagia, karena dia melihat aku membawa istriku keluar. Istriku memegang
erat tangan anak kami, Ketika dia melakukannya aku tidak berani
menatapnya karena aku takut, aku akan berubah pikiran disaat saat
terakhir.
Aku memeluknya di dalam pelukanku dan membawanya
keluar dari kamar tidur kami,sambil melewati ruang tamu sampai didepan
pintu. Tangannya yang lembut bersandar di leher belakangku. Aku
memeluknya erat. Perasaan dan kejadian itu seperti sepuluh tahun yang
lalu pada hari pernikahan kami.
Aku merasa khawatir,
karena hari ke hari dia semakin kurus. Pada hari terakhir dia berada
dipelukanku, aku masih bisa bergerak gerak sambil menggendong dia. Anak
kami sudah berangkat ke sekolah. Aku memegang erat istriku dan
megatakannya aku merasa tidak senang apabila tidak ada kemesraan
diantara kami, Aku mengendarai mobilku dengan cepat, tanpa memikirkan
apa yang akan terjadi, karena aku takut di detik detik terakhir ini, aku
akan berubah pikiran lagi. Aku berlari menaiki tangga. Sesampai diatas,
Jane membuka pintu. `´Maafkan aku, aku tidak mau bercerai lagi`´. Itu
yang kukatakan kepada Jane.
Dia menatapiku dengan aneh dan
bingung kemudian memegang dahiku, ´´Kamu demam yach?´´ Tanyanya. Aku
mengambil tangannya dan meletakkannya di dahiku, ´´Maafkan aku Jane, aku
tidak mau bercerai´´. Aku merasa sangat jelas,ketika kami menikah
sepuluh tahun yang lalu, aku menggendongnya sampai ke pintu depan, janji
kesetiaan mengikat kami sampai mati.
Tiba tiba Jane
memberi tamparan di pipiku dan menutup pintu dengan kuat sambil
menangis. Aku berlari lagi menuruni tangga dan berlari ke toko bunga.
Disitu aku memesan sejambak bunga untuk istriku. Penjual bunga itu
bertanya´´ pesan apakah yang mau aku sampaikan?´´ Aku bersenyum dan
menulis ´´Aku akan menggendong kamu sampai kepintu depan setiap hari,
sampai kematian memisahkan kita´´.
Ketika aku pulang pada
sore harinya, sambil bersenyum dan membawa bunga itu di tangan. Aku
berlari menaiki tangga rumah kami dan menemui istriku berbaring di atas
kasur. Dia meninggal. Istriku menghidap penyakit kanker sejak beberapa
bulan yang lalu. Sedangkan aku terlalu sibuk berpacaran dengan Jane,
karena itu aku tidak mengetahui penyakitnya itu. Istriku tahu, kalau dia
akan mati oleh karena itu dia mau menjaga hubungan keluarga kami tetap
harmonis biarpun sesuatu yang negative terjadi. Paling tidak anak kami
masih menganggap bahwa aku adalah seorang Papa dan suami yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar