Kamis, 21 Juni 2012

Aku mohon jangan katakan kepada anak kita bahwa kita mau cerai

Saya punya cerita yang udah saya ubah kedalam bahasa indonesia. semoga membantu untuk mengisi waktu senggang para penggemar lainnya.Bacalah,  cerita ini tidak tergantung  apakah kamu sudah menikah atau belum.

Malam itu aku pulang kerumah dan istriku sudah menyiapkan makan malam, aku memegang tangannya dan mengatakannya, bahwa aku harus memberitahu dia sesuatu. Dia duduk dan terdiam. Aku melihat ketakutan didalam matanya.

Sekali itu, tidak pernah aku membatu, aku bahkan tidak bisa membuka mulutku. Tetapi aku harus mengatakannya, apa yang kupikirkan adalah, aku mau minta cerai. Dia tidak marah dan tidak berteriak melainkan dia bertanya kepadaku dengan ramah, apa alasannya?

Aku mengelak pertanyaan itu untuk menjawab, itu membuat dia marah. Dia melempar sendok dan garpu disekeliling meja makan lalu meneriakiku, bahwa aku bukan seorang laki laki. Pada malam itu, kami tidak berbicara lagi.Dia menangis semalaman. Aku tahu, bahwa dia ingin tahu, mengapa ini bisa terjadi. Aku tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan karena aku jatuh cinta kepada Jane. Aku tidak mencintai istriku lagi.

Dengan hati yang gundah dan rasa bersalah, aku membuat surat keterangan bercerai, bahwa rumah dan mobil ini akan menjadi miliknya setelah kami bercerai. Dia menatap kertas kontrak itu dan menghancurkan kertas kertas itu. Wanita yang sudah  kucintai selama 10 tahun tiba tiba menjadi sangat asing didepan mataku. Aku merasa bersalah karena sudah menyia nyiakan waktu dan tenaganya selama kami bersama, tetapi aku sudah tidak bisa balik lagi karena aku sudah terlalu mencintai Jane.Akhirnya dia menangis dengan sekuat kuatnya didepanku, itulah reaksi yang aku nanti nantikan. Perasaan itu seolah olah membantu dia untuk meringankan kesedihan ini. Sudah lama aku memikirkan untuk bercerai, tetapi sekarang aku sudah sangat yakin dengan keputusan yang benar.

Di hari berikutnya, aku pulang sangat malam kerumah, saya melihat dia menulis diatas meja. Aku sangat lelah dan langsung berjalan memasuki kamar tidur dan tidur. Tiba tiba aku terbangun, aku masi melihat dia tetap menulis. Saya berpaling dan melanjutkan tidur lagi.

Keesokan harinya, dia mengatakan setuju untuk bercerai denganku, dia tidak mengajukan harta apa apa dariku, cuman memohon untuk memperlambat sebulan untuk mengurus proses perceraian kami. Dia mau kami menjalani kehidupan rumah tangga seperti biasanya selama sebulan ini, seolah olah tidak ada apa apa yang terjadi. Alasannya ádalah anak laki laki kami akan mengalami UAN oleh karena itu dia tidak mau menganggu anak kami gara2 hubungan kami.

Itu bisa aku terima, tetapi dia mau aku selalu ingat, bahwa pada waktu kami menikah, aku menggendong dia sampai kepintu utama. Dia mau, kalau aku setiap pagi hari melakukan hal yang sama yaitu menggendong dia dari kamar tidur sampai ke pintu utama, selama sebulan. Aku pikir, ini hal yang gila, tetapi memikirkan ketenangan dalam keluarga kami, aku menyetujuinya.
Setelah itu aku menceritakan hal hal tersebut kepada Jane. Die hanya tertawa dan mengatakan bahwa istriku sudah gila.´´ Terserah apapun Triknya, dia harus menyetujui dan menerima perceraian ini´´, katanya sinis.

Setelah aku mengajukan cerai kepada istriku, kami tidak melakukan hubungan badan lagi. Itu sudah tidak heran lagi, ketika hari pertama aku menggendongnya, kami mempunyai perasaan yang aneh. Anak laki laki kami berdiri dibelakang kami dengan gembira dan mengatakan ´´Papa membawa Mama di dalam pelukan´´. Dari Kamar tidur melewati kamar tamu sampai kepintu depan, aku berjalan sekitar lebih dari 10 meter . Dia menutup matanya dengan lambat dan membisikkan, ´´aku mohon jangan katakan kepada anak kita bahwa kita mau cerai´´. Saya mengangguk tanda setuju dan merasa terharu. Aku mendudukan dia di bangku luar. Kemudian dia berjalan sendirian menaiki bus ketempat kerjanya, sedangkan aku membawa mobilku ke kantor.

Di hari kedua kami merasa lebih santai. Dia menyandarkan kepalanya kepundakku.  Aku bisa mencium harum bajunya itu. Aku tau, wanita ini sudah menjadi tua, tidak seperti wanita yg  kunikahi pada hari pernikahan kami. Aku melihat keriput keriput halus dimukanya dan rambut rambut putih dikepalanya. Aku berpikir sendiri, apa yang telah kulakukan, sampai aku begitu tega untuk menyakitinya.

Ketika aku menggendongnya di hari ke empat, aku merasakan rasa saling kepercayaan timbul lagi di dalam hatiku. Wanita inilah yang menemani dan menjalani hidup bersamaku dalam suka maupun duka selama 10 tahun. Berminggu minggu pun berlalu, aku merasa sangat ringan untuk menggendongnya. Mungkin aku sedang training untuk kekuatanku.
Di suatu pagi aku melihat dia sedang bingung untuk memilih baju. Dia mencoba beberapa pakaian tetapi dia tidak bisa memutuskan, karena baju baju itu semuanya kebesaran. Waktu itu aku menyadari kalau dia menjadi sangat kurus, itulah alasannya mengapa aku merasakan sangat ringan  pada waktu menggendong dia. Saat itu juga aku berpikir, dia sangat tersiksa dan sangat menderita.

Di saat ini anak laki laki kami mengatakan kepadaku,´´ Papa sudah waktunya, kamu harus menggendong mama keluar dari kamar tidur´´. Dia mengatakan ini adalah waktu yang paling bahagia, karena dia melihat aku membawa istriku keluar. Istriku memegang erat tangan anak kami, Ketika dia melakukannya aku tidak berani menatapnya karena aku takut, aku akan berubah pikiran disaat saat terakhir.

Aku memeluknya di dalam pelukanku dan membawanya keluar dari kamar tidur kami,sambil melewati ruang tamu sampai didepan pintu. Tangannya yang lembut bersandar di leher belakangku. Aku memeluknya erat. Perasaan dan kejadian itu seperti sepuluh tahun yang lalu pada hari pernikahan kami.

Aku merasa khawatir, karena hari ke hari dia semakin kurus. Pada hari terakhir dia berada dipelukanku, aku masih bisa bergerak gerak sambil menggendong dia. Anak kami sudah berangkat ke sekolah. Aku memegang erat istriku dan megatakannya aku merasa tidak senang apabila tidak ada kemesraan diantara kami, Aku mengendarai mobilku dengan cepat, tanpa memikirkan apa yang akan terjadi, karena aku takut di detik detik terakhir ini, aku akan berubah pikiran lagi. Aku berlari menaiki tangga. Sesampai diatas, Jane membuka pintu. `´Maafkan aku, aku tidak mau bercerai lagi`´. Itu yang kukatakan kepada Jane.

Dia menatapiku dengan aneh dan bingung kemudian memegang dahiku, ´´Kamu demam yach?´´ Tanyanya. Aku mengambil tangannya dan meletakkannya di dahiku, ´´Maafkan aku Jane, aku tidak mau bercerai´´. Aku merasa sangat jelas,ketika kami menikah sepuluh tahun yang lalu, aku menggendongnya sampai ke pintu depan, janji kesetiaan mengikat kami sampai mati.

Tiba tiba Jane memberi tamparan di pipiku dan menutup pintu dengan kuat sambil menangis. Aku berlari lagi menuruni tangga dan berlari ke toko bunga. Disitu aku memesan sejambak bunga untuk istriku. Penjual bunga itu bertanya´´ pesan apakah yang mau aku sampaikan?´´ Aku bersenyum dan menulis  ´´Aku akan menggendong kamu sampai kepintu depan setiap hari, sampai kematian memisahkan kita´´.

Ketika aku pulang pada sore harinya, sambil bersenyum dan membawa bunga itu di tangan. Aku berlari menaiki tangga rumah kami dan menemui istriku berbaring di atas kasur. Dia meninggal. Istriku menghidap penyakit kanker sejak beberapa bulan yang lalu. Sedangkan aku terlalu sibuk berpacaran dengan Jane, karena itu aku tidak mengetahui penyakitnya itu. Istriku tahu, kalau dia akan mati oleh karena itu dia mau menjaga hubungan keluarga kami tetap harmonis biarpun sesuatu yang negative terjadi. Paling tidak anak kami masih menganggap bahwa aku adalah seorang  Papa dan suami yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar